A.
Pendahuluan
Pendidikan
pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi peserta didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya.
Pendidikan
Jarak Jauh (PJJ) menurut Dohmen (dalam Rahadi, 2008) adalah suatu bentuk
pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media.
Makna PJJ merupakan kebalikan pendidikan langsung (direct education) atau
pendidikan melalui tatap muka. Sedangkan menurut Moore (dalam Rahadi, 2008),
PJJ adalah suatu metode pembelajaran dimana proses pengajaran terpisah
dari proses belajar, sehingga komunikasi antara pengajar dengan pebelajar harus
difasilitasi dengan media cetak, media elektronik atau media lain.
Jadi, dari
dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PJJ adalah suatu
pembelajaran dimana adanya keterpisahan antara kegiatan pengajaran dari
kegiatan belajar, dimana dalam komunikasi antara pengajar dengan pebelajar
menggunakan bantuan media pembelajaran, berupa media elektronik, media cetak,
dan lain sebagainya.
Internet
adalah jaringan komputer, tetapi jaringan komputer belum tentu internet.
Jaringan sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan
lokal (Local Area Network). Internet merupakan jaringan yang terdiri
atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang
terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya
mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002). Jaringan ini bukan merupakan
suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak
yang mengatur dan memilikinya.
Penemuan
internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari
bersifat lokal atau regional menjadi global. Sumber-sumber informasi dunia
dapat diakses oleh siapa pun dan di mana pun melalui internet.
Seiring
perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia
khususnya di perguruan tinggi terus berkembang yang dipelopori oleh Institut
Teknologi Bandung. Pemanfaatan internet di sektor pendidikan sudah berkembang
pesat yang disebut e-learning.
PJJ sangat
membutuhkan pembelajaran yang sifatnya bisa diakses kapanpun, dimanapun tanpa
ada batas ruang dan waktu. E-learning merupakan salah satu alternatif
sumber belajar dalam PPJ tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan
memfokuskan membahas mengenai “Pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar
dalam pendidikan jarak jauh.”
B.
Pengertian Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Telah banyak
ahli yang membahas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak jauh.
Walaupun agak sulit untuk mendapatkan satu definisi yang diterima oleh semua
pakar pendidikan jarak jauh, namun karakteristik pendidikan jarak jauh yang
dikemukakan oleh Keegan (dalam Hardhono, 2008) dapat dipakai sebagai acuan
dasar untuk pembahasan dalam artikel ini. Berikut ini adalah karakteristik
pendidikan jarak jauh yang dikemukakan oleh Keegan, yaitu :
- Ada keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar (guru atau dosen) dari peserta ajar (siswa atau mahasiswa) selama program pendidikan
- Ada keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta ajar (siswa atau mahasiswa) dari peserta ajar lain selama program pendidikan
- Ada suatu institusi yang mengelola program pendidikannya
- Pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk menyampaikan bahan ajar
- Penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta ajar dapat mengambil inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya.
Jadi dari
uraian karakteristik pendidikan jarak jauh tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas
dari pendidikan jarak jauh. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak
fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi
institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan
yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi
pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi
tersebut. Keadaan seperti ini terjadi misalnya karena pekerjaan yang tidak
dapat ditinggalkan.
Jarak
sebagai pemisah hendaknya diatasi melalui pendidikan jarak jauh dengan
memanfaatan rancangan instruksional dan rancangan interaksi supaya kegiatan
belajar yang dirancang dengan sungguh-sungguh dapat tercapai. Teori yang
berkembang sebagai hasil dari upaya untuk mengatasi jarak dalam kegiatan ini
dikenal dengan teori jarak transaksional. Karena ciri khasnya adalah
keterpisahan jarak baik dalam arti fisik dan non-fisik maka kegiatan
pembelajaran tatap muka dapat dikatakan terjadi dalam frekuensi yang rendah.
Isi pembelajaran disampaikan melalui media dalam berbagai jenis sedangkan
komunikasi/interaksi antara peserta ajar dengan tenaga pengajarnya atau
dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi. Dengan demikian program
pendidikan dapat diikuti dari dari mana saja dan kapan saja selama media
belajar dan sarana komunikasi dua arah tersedia supaya peserta ajar dan tenaga
pengajarnya dapat berinteraksi untuk membahas isi pembelajaran.
Tiga dari
lima media/teknologi yang dapat dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh yang telah diidentifikasi Moore dan Kearsley (dalam Handhono, 2008)
berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Ketiga media/teknologi
tersebut adalah radio dan televisi, telekonferensi, dan pembelajaran berbantuan
komputer. Dua media yang tidak terkaitan dengan teknologi komunikasi dan
informasi adalah cetak dan audio/video kaset.
Sampai di
sini telah diulas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak jauh,
sisi di mana teknologi informasi dan komunikasi dapat berperan, serta
aspek-aspek yang perlu diiperhatikan dalam menerapkan media/teknologi. Dengan
demikian cukuplah kerangka yang diperlukan untuk mengulas peran teknologi
komunikasi dan informasi dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di
Indonesia dalam upaya untuk mengatasi kendala ruang dan waktu dalam
menyampaikan program pendidikan/pembelajaran.
C.
Pengertian E-learning
Electronic
learning (e-learning) kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk
mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang
sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning,
namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan
jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan
suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. E-learning
berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika.
Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau
perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning
adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Untuk
menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning.
Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan singkatan
dari “electronic” dan “learning” yang berarti “pembelajaran”.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika.
Banyak hal
yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk
peningkatan mutu pendidikan, antara lain pesatnya fasilitas teknologi
informasi, dan perkembangan pengguna internet di dunia saat ini berkembang
dengan cepat. Penggunaan internet menjadi suatu kebutuhan dalam mendukung
pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi dengan tersedianya fasilitas jaringan
(Internet Infrastructure) dan koneksi internet (Internet
Connections), serta tersedianya piranti lunak pembelajaran (management
course tools). Juga orang yang terampil mengoperasikan atau menggunakan
internet semakin meningkat jumlahnya (Soekartawi, 2002).
D.
Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web
Distance
Learning atau pendidikan jarak jauh sebenarnya bukanlah
sesuatu hal atau barang yang baru di dunia pendidikan. Sudah cukup banyak
lembaga atau institusi yang melakukan hal ini dan biasanya dilakukan dengan
mengirimkan berbagai materi kuliah dan informasi dalam bentuk cetakan, buku,
CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak jauh. Tidak hanya
hal-hal yang berhubungan dengan kuliah secara langsung saja yang dikirimkan ke
peserta tapi juga berbagai masalah administrasi dan manajemennya.
Bila kembali
ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan “tradisional” yang dilakukan saat
ini, para siswa dan guru bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem
pendidikan “tradisional” ini kelak akan bergeser ke pada suatu “distance
learning based education paradigm”’ dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk
mengumpulkan peserta kursus, training atau pendidikan pada satu waktu dan
tempat tertentu sedangkan peserta tersebar di wilayah yang berbeda-beda dan
pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas, dapat
diberikan tanpa kehadiran para peserta dan dosen secara langsung di kelas.
Perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan
teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep distance learning
ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja,
multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu
media yang sangat tepat bagi perkembangan distance learning selanjutnya.
Bergesernya
perkembangan distance learning ke media internet membuat munculnya suatu
paradigma baru dalam distance learning yaitu “asyncronous time and
separated location distance learning”. Jelasnya, media ini mampu menembus
batasan waktu dan tempat. Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan
teknologi ini sebagai suatu pertimbangan utama penggunaannya dalam distance
learning. Hal ini sejalan dengan adanya cyberschool yang telah ada
saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu kesatuan distance
learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi
antara murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi
secara online. Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan
suatu internet community di Indonesia khususnya.
Suatu sistem
pendidikan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila didalamnya melibatkan
interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai
fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan
pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Kita mendapati berbagai
aspek di atas dalam sistem pendidikan tradisional yang melibatkan interaksi “face-to-face”
antara murid dan guru, apakah sistem pendidikan jarak jauh dapat mengatasi
interaksi “face-to-face” antara guru dan murid di kelas secara 100%.
Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100% itu
bukanlah sesuatu mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan jarak jauh,
yang jelas ada suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di
atas.
Penggunaan
teknologi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus diperhatikan
dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah
satunya, pada akhir perkuliahan peserta dituntut untuk mempunyai reading
dan listening skill yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound,
gambar dan bentuk multimedia lainnya yang dapat di kirimkan melalui internet.
Bila
dibatasi pada web based distance learning maka pengguna atau dalam hal
ini guru dan murid memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga
konektivitas dengan distance learning tersebut. Kemampuan peserta untuk
tetap menjaga connectivity menentukan bagi kesinambungan suatu sistem
pendidikan jarak jauh. Dengan cara inilah kita dapat menciptakan suatu internet
based community di Indonesia.
Suatu sistem
pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut
:
Materi pendidikan + teknologi untuk
berinteraksi + guru = pembelajaran bagi murid.
Apabila kita
umpamakan suatu web based distance course sebagai suatu community
maka di dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya
murid dan guru. Agak sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan
oleh guru di depan kelas kepada suatu bentuk web atau materi online yang harus melibatkan
interaksi berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas
dosen dan guru harus berubah dan sudah seharusnya, perbedaan karakteristik guru
atau dosen dalam mengajar tidak tampak dalam metode ini.
Seperti
layaknya sebuah sekolah atau universitas, metode ini juga harus mampu
memberikan informasi perkuliahan kepada peserta. Informasi itu harus selalu
dapat diakses oleh siswa dan dosen serta selalu ter-update setiap waktu. Informasi
yang sering dibutuhkan itu berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman,
siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi siswa. Bila
kita buatkan suatu model maka suatu web based distance learning
setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
·
Pusat kegiatan siswa
Sebagai suatu community, web based distance
learning harus mampu untuk menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan
mahasiswa dimana mahasiswa dapat mengasah kemampuannya, membaca materi kuliah,
mencari informasi dan sebagainya.
·
Interaksi dalam group
Disini para murid dapat berinteraksi satu sama lain
untuk mendiskusikan materi-materi yang telah diberikan oleh dosen. Dosen dapat
hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang
diberikannya.
·
Personal administratif supporting system
Dimana para siswa dapat me-review membershipnya
dalam suatu course, menyediakan informasi siswa, prestasi mahasiswa dan
sebagainya
·
General information
Menyediakan informasi umum untuk peserta atau
pengunjung web pada umumnya. Serta menyediakan beberapa fasilitas untuk umum
tanpa proses registrasi peserta terlebih dahulu.
·
Pendalaman dan ujian
Biasanya dosen atau guru sering mengadakan quiz-quiz
singkat dan tugas-tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah
diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus
dapat diantisipasi oleh suatu web based distance learning.
·
Digital library
Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi
kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital
seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan
berbentuk sebagai suatu database.
·
Materi online diluar materi kuliah
Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga
bahan-bahan bacaan dari web-web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan
siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan-bahan online lainnya untuk
di publikasikan kepada peserta lainnya.
Mewujudkan
ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web
based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang
memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer
yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat
mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung
misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya
satu yang selalu menjadi concern utama pengguna internet di Indonesia
yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas
ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material.
E.
Metode Pembelajaran E-learning dalam PJJ
Pada
dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning
dalam PJJ, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: komunikasi satu
arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid
memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning,
sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
- Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan.
- Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan. (Kamarga, 2002)
Karakteristik e-learning dalam PJJ antara lain
adalah:
- Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
- Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
- Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya
- Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. (Kamarga, 2002)
Pemanfaatan e-learning
tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di
internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses
pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru,
karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan
mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and
book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi
oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and
technology). (Purbo, 2001). Dalam era global seperti sekarang ini, setuju
atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi
khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut
telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya
tidak “gagap” teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan
untuk maju.
Informasi
sudah merupakan “komoditi” sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran
informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern sekarang ini. Hal ini
bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi
(information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge
society). Oleh karena itu tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi
yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan
tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Perkembangan
pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepat karena beberapa hal,
antara lain:
- Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari.
- Tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) and koneksi internet (Internet Connections.)
- Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools).
- Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakan internet.
- Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakan internet tersebut (Soekartawi, 2002).
Pemanfatan
internet untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalau fasilitas
yang mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infrastruktur maupun
fasilitas yang bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung oleh data, namun
juga semakin banyaknya warung-warung internet (warnet) yang muncul di pelosok
Indonesia. Pengguna internet bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa,
namun juga dari kalangan masyarakat yang lain. Hal ini bisa dipakai sebagai
indikasi bahwa internet memang diperlukan untuk membantu kelancaranan pekerjaan
atau tugas-tugas pengguna internet.
Pengembangan
e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara
on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain
seolah peserta didik belajar di hadapan pengajar melalui layar komputer yang
dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib
dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal,
dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri,
sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu
sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat
personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan
dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya,
serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta
didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini
ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan
peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan
secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk
meningkatkan daya tarik belajar, Purbo (2002) menambahkan perlunya menggunakan
teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap
perilaku para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain
games komputer sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan
karakter yang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjamjam
dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati. Fenomena ini sangat
menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning
yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti setiap langkah belajar
di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games. Penerapan teori games
dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada
dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara
ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar
secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui
internet. Karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang
biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari
perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre tes,
membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang
jelas, contoh-contoh konkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi,
post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu
merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain:
pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan
lain-lain.
F.
Faktor – Faktor dalam Pemanfaatan E-Learning dalam
PJJ
Ahli-ahli pendidikan
dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran dalam PJJ (Hartanto dan
Purbo, 2002) antara lain:
- Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning dalam PJJ. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial.
- Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan ajar/kurikulum.
- Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering
dihadapi yaitu:
- Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
- Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.
- Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
- Masalah skill and knowledge.
G.
Kelebihan dan Kekurangan E-Learning dalam PJJ
Menyadari
bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat
diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka pemanfaatan
internet menjadi suatu kebutuhan.
Ada empat
hal yang perlu disiapkan sebelum pemanfaatan internet untuk e-learning yaitu:
- Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik. Pengetahuan, keterampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.
- Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer.
- Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, online assessment system)
- Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa. (Soekartawi, 2002)
Dari
berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di
literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya
dalam PJJ (Soekartawi, 2002), antara lain dapat disebutkan sbb:
- Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
- Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
- Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
- Bila siswa memerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
- Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
- Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
- Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk
pembelajaran atau e-learning juga tidak
terlepas dari berbagai
kekurangan antara lain:
- Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
- Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis
- Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
- Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.
- Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal.
- Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
- Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Kini
pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan tersedianya
informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri Negara Informasi dan
Teknologi. Di tiap departemen bahkan ada unit yang menangani teknologi informasi.
Di Depdiknas misalnya ada Pustekkom atau Pusat Teknologi Komunikasi dan
Informasi untuk Pendidikan; di tiap Universitas ada Pusat Komputer, dan masih
banyak contoh lain. Sayangnya cyberlaws di Indonesia yang juga pernah
dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini. E-learning kini
banyak digunakan oleh para penyelenggara PJJ.
Kalau dahulu
hanya Universitas Terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi
Jarak Jauh, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning,
juga telah diijinkan menyelenggarakannya.
Lembaga-lembaga
pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan keunggulan e-learning
ini untuk program-programnya.
H.
Bahan Ajar Melalui E-Learning
Melalui
pemanfaatkan teknologi informasi, diharapkan materi ajar dapat diakses oleh siapa
saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila
dikehendaki karena tersedia fasilitas pengaman. Hanya orang yang telah
mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut. Karena mahalnya
pembuatan bahan ajar maka negara sebagai penanggung jawab mencerdaskan
kehidupan bangsa perlu menyiapkan bahan tersebut sehingga dapat dipakai di
seluruh Indonesia.
Persoalan
mendasar berkenaan dengan model ajar ini, adalah keterbatasan pihak sekolah
untuk menyediakan komputer termasuk internet dalam proses pengajaran. Oleh
karena itu perlu ada aksi untuk menyiapkan institusi pendidikan (ready for
learning), yaitu dengan cara melibatkan para guru dan departemen terkait,
misalnya depdiknas, dan departemen ristek yang ada di wilayah masing-masing.
Mereka ini harus menyiapkan termasuk mengetahui materi ajar yang tersedia dan
cara akses atau mendapatkannya. Mereka bertanggungjawab membantu institusi
pendidikan termasuk mengkomunikasikan materi ajar yang tidak dipahami sehingga
dapat mempelajarinya dalam waktu tertentu.
Saat ini
telah banyak sekali sumber belajar yang berbasis komputer bahkan berbasis
multmedia (buatan dalam dan luar negeri) baik yang berfungsi sebagai materi
pokok, maupun sebagai materi pengayaan. Namun penelitian tentang dampak dari
penggunaan sumber belajar tersebut belum banyak dilakukan, terutama dalam hal
kemungkinan adanya miskonsepsi yang ditimbulkan oleh sumber belajar itu. Oleh
karena itu, studi tentang pengembangan, uji coba dan standardisasi perangkat
lunak komputer kependidikan harus segera dilakukan oleh departemen atau pihak
yang berkepentingan dan kita semua.
I.
Penutup
Kebijakan
institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning
perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya
memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning
adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Di
samping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk
menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip
dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran
konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat
sesuai dengan kebutuhan.
Ada pendapat
yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa
menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan
kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan
dan perancang e-learning. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa
fungsi e-learning dalam PJJ adalah untuk memperkaya wawasan dan
pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan agar melek sumber belajar
khususnya teknologi internet.
REFERENSI
Hardjono, AR. Pengertian Pendidikan Jarak Jauh
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. 2002. Teknologi
E-Learning Berbasis PHP dan MySql. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Kamarga, Hanny. 2002. Belajar Sejarah Melalui
E-Learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta:
Inti Media
Nusa, Ramadhan dan Purbo, O.W. 2006. Pendidikan
Jarak Jauh Berbasis Web.
Purbo, Onno W. 2001. Masyarakat Pengguna
Internet di Indonesia
Rahadi, Aristo. 2008. Konsepsi Pendidikan
Terbuka Jarak Jauh. Makalah disampakan pada Pelatihan Penulisan
Bahan Ajar Modul yang diselenggarakan oleh Pustekom, Cipayung, 27-30 Maret
2008.
Soekartawi. 2002. Prospek Pembelajaran Melalui
Internet. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi
Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19
Juli 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar